Mustafalan.com – Hadist shahih tentang taat kepada Allah Rasul dan ulil amri. Bagi kaum muslimin, ketaatan kepada Allah SWT harus dijaga baik-baik. Sebab dengan menjadi taat kepada-Nya, kita bisa semakin dekat dengan Allah SWT, diselamatkan dalam hidup, serta diselamatkan dalam akhirta.
Taat kepada Allah SWT juga harus disertai dengan ketaatan kepada Rasulullah SAW. Setiap orang muslim beriman harus taat atau percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Perasaan taat ini juga harus dilakukan sepanjang waktu.
Terakhir, setiap umat muslim juga harus taat kepada ulil amri atau pemimpin. Pemimpin dalam hal ini bisa meliputi pemimpin wilayah, negara, atau agama. Taat kepada pemimpin memberikan pahala yang besar kepada pelakunya.
Nah pada kesempatan ini, kami akan menjelaskan berbagai hadist shahih mengenai taat kepada Allah SWT, Rasul atau Nabi Muhammad SAW, dan juga ulil amri atau pemimpin. Simak pembahasan selengkapnya di bawah berikut ini.
Daftar Hadist Tentang Ketaatan kepada Allah
Tanpa banyak basa basi kembali, langsung saja silahkan simak daftar lengkap hadist shahih mengenai ketaatan berikut. Simak ulasan lengkapnya dalam lafadz bacaan hadist bahasa Arab, latin, dan terjemahan Indonesia atau artinya lengkap.
1. Ketaatan
لَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ.
Artinya:
“Wajib bagi seorang manusia untuk selalu mendengarkan dan taat kepada pemimpin kaum Muslimin dalam hal-hal yang disukainya atau dibencinya selama tidak diperintahkan berbuat maksiat kepada Allah, maka jika dia diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, jangan dia dengar dan jangan dia taat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Ulil Amri Zalim
لاَطاَعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
Artinya:
“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiyat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan.”
3. Menaati Pemimpin
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Artinya:
“Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.”
4. Taqwa kepada Allah SWT
…أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ آمَرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ…
Artinya:
“…Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam…“
5. Kewajiban Taat
مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي
Artinya:
“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.”
Kesimpulan
Sekian pembahasan singkat mengenai hadist shahih tentang taat kepada allah rasul ulil amri, makna ketaatan kepada allah rasul dan ulil amri sesuai qs an nisa, dalil taat allah dan rasul, tulislah dalil tidak boleh taat dalam hal bermaksiat kepada allah!, makna taat kepada ulil amri bukan sekedar patuh pada aturan-aturan tetapi juga bermakna.
Baca: