7 Hadits Tentang Suudzon atau Prasangka Buruk

Mustafalan.com – Hadits tentang suudzon prasangka buruk. Setiap orang tentunya tahu bahwa prasangka buruk bukanlah hal yang baik. Justru itu merupakan hal yang harus dihindari. Apalagi sebagai seorang muslim, kita harus menghindari sifat tercela seperti itu.

Prasangka buruk atau suudzon berarti berpikir tidak-tidak yang menjurus pada perilaku buruk orang lain. Baik dugaan mengenai kata-kata yang terucap di lisan maupun perbuatan buruk yang dilakukan orang lain.

Suudzon atau prasangka buruk hanya akan menimbulkan keburukan di kemudian hari. Bisa menjadi fitnah, perselisihan, bahkan menimbulkan pertikaian yang didasari atas dendam dan kebencian. Sungguh Allah SWT tidak menginginkan hal ini terjadi.

Kemudian pada kesempatan ini kami ingin membagikan kumpulan daftar hadits dan dalil shahih tentang suudzon atau prasangka buruk. Anda bisa menyimak ulasan lengkapnya yang akan kami tulis di bawah ini secara lengkap.

Kumpulan Hadits Tentang Suudzon Prasangka Buruk

Tanpa banyak basa basi kebali, langsung saja silahkan simak ulasan lengkap daftar hadits dan dalil shahih tentang suudzon atau prasangka buruk dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahan Indonesia yang benar sesuai sunnah.

1. Hati-hati Suudzon

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”

Amirul Mukminin Umar bin Khathab berkata, “Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”

Bakar bin Abdullah Al-Muzani yang biografinya bisa kita dapatkan dalam kitab Tahdzib At-Tahdzib berkata : “Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu”.

Disebutkan dalam kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim (II/285) bahwa Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi berkata : “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.

2. Jangan Berprasangka Buruk

Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind [2], Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu”

Abu Hatim bin Hibban Al-Busti bekata dalam kitab Raudhah Al-‘Uqala (hal.131), ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya”.

Beliau juga berkata pad hal.133, “Tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita”.

Kesimpulan

Sekian pembahasan mengenai hadits tentang suudzon prasangka buruk, jauhilah prasangka buruk karena prasangka itu, contoh prasangka buruk terhadap orang lain, dalil tentang prasangka, akibat prasangka buruk, berprasangka buruk artinya, suudzon artinya, hadits tentang berprasangka baik, berprasangka buruk bahasa arab.

Baca:

Tinggalkan komentar