Mustafalan – Hadits tentang jual beli. Salah satu cara untuk mengais rezeki ialah dengan berjualan. Ada banyak barang atau jasa yang bisa kita tawarkan kepada orang lain, untuk kemudian dinaikkan sedikit harganya supaya kita mendapat untung.
Keuntungan tersebut bisa kita berikan kepada diri sendiri bila memang berjualan sendiri, atau diberikan kepada karyawan jika kita mempekerjakan orang lain. Tentu saja, ada beberapa peraturan yang harus ditaati saat berdagang.
Terutama dalam agama Islam, ada banyak ketentuan dalam jual beli yang terangkum dalam hadits shahih Nabi Muhammad SAW. Bila tidak mengetahui informasi ini, disayangkan jika kita berbuat salah ketika berdagang karena tidak tahu aturannya.
Maka dari itu pada kesempatan ini kami ingin membagikan kumpulan daftar hadits dan dalil shahih riwayat oleh tokoh muslim atau sahabat Nabi tentang jual beli. Silahkan simak ulasan lengkapnya pada pembahasan di bawah berikut ini.
Kumpulan Hadits Tentang Jual Beli
Langsung saja tanpa basa-basi kembali, berikut adalah kumpulan bacaan lafadz hadits tentang jual beli atau berdagang. Ditulis dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahan Indonesia.
1. Untung Tanpa Rugi
وَلاَ رِبْحُ مَا لَمْ تَضْمَنْ
“Tidak boleh mendapat keuntungan tanpa menanggung resiko kerugian.” (HR. Ahmad 6671, Abu Daud 3506, Turmudzi 1279 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَفْتَرِقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتِ الْبَرَكَةُ مِنْ بَيْعِهِمَا
Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu” (HR. Bukhari 2079 dan Muslim 1532).
والنهي عن ربح ما لم يضمن قد أشكل على بعض الفقهاء علته وهو من محاسن الشريعة
Larangan mengambil keuntungan tanpa menanggung resiko kerugian, sebagian ulama kesulitan mengalami illahnya. Padahal ini bagian dari kesempurnaan kebaikan syariat. (Hasyiyah ‘ala Aunil Ma’bud, Ibnul Qoyim, 9/298).
مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ
“Siapa yang membeli makanan, janganlah dia menjualnya sampai dia terima.” (HR. Bukhari 2133 & Muslim 3915).
2. Berjualan yang Benar
قال إسحاق بن راهويه: قلت لأحمد وعن بيع ما لم تضمن قال لا يكون عندى إلا فى الطعام ما لم تقبض
“Ishaq bin Rahuyah pernah mengatakan, Saya bertanya kepada Ahmad tentang menjual barang tanpa menanggung resiko rugi? Jawab beliau, “Hadis ini tidak berlaku selain untuk jual beli makanan yang belum diserah terimakan.” (Sunan at-Turmudzi, 5/140).
وَأَحْسِبُ كُلَّ شَىْءٍ بِمَنْزِلَةِ الطَّعَامِ
“Saya menduga, semua barang sama seperti makanan.” (HR. Muslim 3915 & Ahmad 2482)
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى أَنْ تُبَاعَ السِّلَعُ حَيْثُ تُبْتَاعُ حَتَّى يَحُوزَهَا التُّجَّارُ إِلَى رِحَالِهِمْ
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang barang dagangan dijual di tempat dia dibeli, sampai pedagang memindahkanya ke tempat mereka. (HR. Abu Daud 3501 dan dihasankan al-Albani)
إِنَّمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ – رواه البيهقي
“Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).” (HR. Al-Baihaqi)
Kesimpulan
Demikian pembahasan singkat mengenai hadits tentang jual beli, hadits tentang muamalah, hadits tentang jual beli yang dilarang, hadis berkaitan jual beli, dalil jual beli al baqarah 275, hadits tentang riba, rukun jual beli, rukun jual beli dalam islam, hukum jual beli.
Baca: