Mustafalan.com – Tata cara puasa wajib dan sunnah yang benar. Ibadah puasa tidak boleh dikerjakan secara sembarangan. Ada tata cara, tuntunan atau panduan berpuasa yang harus dipenuhi dan diperhatikan. Bila tidak, maka puasanya menjadi tidak sah.
Hukum berpuasa adalah sunnah, bila dilaksanakan akan mendapat pahala dan bila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa. Kecuali puasa ramadhan, qadha, kafarat dan nazar yang hukumnya wajib, maka bila ditinggalkan hukumnya dosa.
Sebagaimana keterangan dalam surat Al-Baqarah ayat 183 tentang puasa ramadhan yang berbunyi sebagai berikut.
ياايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Secara garis besar, tata cara berpuasa terdiri dari 4 langkah, yakni membaca niat, bangun dan makan sahur, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dan terkahir adalah berbuka. Serangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan secara urut.
Membaca Niat Puasa
Yang pertama adalah membaca niat puasa. Niat merupakan penentuan apakah puasa kita diterima atau tidak. Jika membaca niat dengan setengah hati atau tidak sungguh-sungguh, maka puasa kita tidak dihitung sebagai ibadah dan hanya akan merasa lapar serta haus saja.
Oleh karena itu ucapkanlah niat puasa dengan sepenuh hati. Karena Allah SWT maha mengetahui, maka Allah SWT mengetahui mana yang bersungguh-sungguh dan mana yang sebenarnya tidak niat berpuasa meski mengucapkannya.
Niat puasa dapat dibaca kapan saja pada malam hari. Untuk puasa ramadhan, sesuai tradisi masyarakat Indonesia maka dibaca setelah sholat tarawih dan witir secara bersama-sama di masjid atau mushola.
Selain itu, niat puasa juga dapat dibaca pada saat sebelum tidur dan bangun sahur. Asalkan tidak dibaca ketika fajar sudah terbit karena sudah masuk waktu berpuasa. Puasa menjadi tidak sah apabila dibaca setelah adzan sholat subuh.
Berdasar pengalaman, kadang kita ingin membaca niat puasa saat sahur dan bergegas tidur namun secara tidak sengaja kita tertidur sehingga tidak sempat melafadzkan niat puasa. Oleh karena itu, sebaiknya ucapkanlah niat paling lambat sebelum tidur untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut.
Bangun dan Makan Sahur
Tata cara berpuasa yang kedua adalah bangun dan makan sahur. Bagi yang mengerjakan sahur, maka akan mendapat berkah dari Allah SWT sesuai hadits dari Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut ini.
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
Artinya:
“Bersahurlah kamu sekalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barakah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Sahur yang baik adalah sahur dengan makan makanan yang berat dan penuh nutrisi. Hal tersebut dimaksudkan agar tubuh kita memiliki cukup tenaga untuk beraktifitas selama satu hari penuh. Jangan lupa minum air secukupnya agar tidak dehidrasi.
Meski memiliki banyak berkah dan sebaiknya dikerjakan demi menambah amalan dan pahala, namun tidak ada anjuran kewajiban melaksanakan sahur. Oleh karena itu apabila kita tidak bangun sahur karena tertidur maka tidak masalah.
Asalkan sebelumnya sudah membaca niat berpuasa karena itu adalah intinya. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebaiknya kita membaca niat puasa sebelum tidur untuk mengantisipasi tidak bangun saat sahur.
Melaksanakan Puasa
Mulai dari terbit fajar, orang yang berpuasa harus dapat menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya. Mulai dari memasukkan makanan dan minuman dari mulut atau dua jalan masuk (depan dan belakang), keluar air mani karena bersentuhan, berhubungan suami istri, atau muntah dengan sengaja.
Selain itu, ucapan, tindakan, pendengaran dan penglihatan juga harus dijaga. Jangan sampai kita berlaku kasar, buruk dan tidak sopan kepada orang lain. Bahkan jika hanya berpikiran negatif itupun juga akan membuat puasa kita menjadi tidak sah.
Jika kita melakukan hal tersebut, maka puasa kita tidak sah dan apabila yang dikerjakan adalah puasa wajib seperti ramadhan, qadha, kafarat dan nazar, maka akan mendapat dosa. Untuk menghindarinya maka sebaiknya kita memperbanyak berdzikir dan membaca al-quran.
Namun ada juga hal-hal yang membatalkan puasa namun tidak mendapat dosa. Seperti melakukan perbuatan yang membatalkan puasa secara disengaja seperti keluar air mani karena mimpi basah pada saat siang hari bagi laki-laki, keluar haid atau nifas bagi perempuan, muntah tidak disengaja dan hilang akal sehat.
Berbuka Puasa
Terakhir adalah berbuka puasa yang menutup rangkaian tuntunan puasa. Berbukalah segera pada saat masuk waktu sholat maghrib atau matahari telah tenggelam. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA berikut ini.
بَكِّرُوْا بِالإفْطَارِ، وَأَخِّرُوْا السَّحُوْرَ
Artinya:
“Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur.”
Sebaik-baiknya berbuka adalah minum air hangat satu gelas dan makan tiga buah biji kurma. Apabila tidak ada kurma maka boleh menggantinya dengan cemilan lain yang bisa mengganjal perut. Kemudian laksanakan sholat maghrib barulah dilanjutkan dengan makan makanan yang berat.
Jangan berbuka dengan rakus atau tamak karena Allah SWT tidak menyukainya. Selain itu, membuat perut menjadi sangat kenyang juga berdampak bagi tubuh yang tidak sehat serta akan mengganggu ibadah sholat sunnah tarawih dan witir.
Kesimpulan
Itulah seluruh tata cara puasa, tuntunan dan panduan yang benar sesuai sunnah baik untuk puasa wajib/fardhu maupun puasa sunnah. Tata cara puasa untuk ramadhan, syawal, daud, senin kamis, ayyamul bidh, weton dan lain sebagainya.
Baca :