7 Hadits Tentang Memuliakan Tamu Beserta Artinya

Mustafalan.com – Hadits tentang memuliakan tamu. Tidak bisa hidup sendiri, manusia membutuhkan orang lain untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Inilah yang dinamakan sosialisasi dan semua membutuhkannya.

Dalam kehidupan bersosial, satu hal yang biasanya dilakukan oleh seseorang adalah bertamu. Dalam ajaran Islam juga sangat jelas ditegaskan bahwa salah satu cara menjalin tali silaturahmi tetap terjaga adalah dengan berkunjung atau bertamu ke rumah orang lain.

Bagi pemilik rumah, saat menerima orang lain sebagai tamu, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan. Seperti menyediakan hidangan dan minuman, bersikap sopan, menyilahkan duduk, dan sebagainya. Ada pula yang dijelaskan dalam hadits.

Di sini, kami akan membagikan kumpulan daftar hadits dan dalil shahih tentang memuliakan tamu. Anda bisa langsung menyimak ulasan lengkapnya pada pembahasan di bawah berikut ini dalam bahasa Arab, latin, dan artinya.

Kumpulan Hadits Tentang Memuliakan Tamu

Tanpa banyak basa basi lagi, berikut ulasan lengkap mengenai hadits tentang memuliakan tamu yang datang dari jauh, saudara, teman, keluarga, kerabat, orang tak dikenal, dan lain sebagainya. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Tamu yang Dimuliakan

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

WA MAN KAANA YU’MINU BILLAAHI WAL YAUMIL AAKHIRI

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir” (HR. Bukhari dan Muslim)

فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

FALYUKRIM DHOIFAHU

“Hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا,وَلاَ يَأْكُلُ طَعَامَك َإِلاَّ تَقِيٌّ

“Janganlah engkau berteman melainkan dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa!” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

2. Memuliakan Tamu dan Tetangga

مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى

“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad)

الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيَْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمَهُ؟ قَالَ :يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْئَ لَهُ يقْرِيْهِ بِهِ

“Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.”

Kesimpulan

Itu dia singkat saja mengenai kumpulan hadits tentang memuliakan tamu, hadits memuliakan tetangga, hadits tentang tamu membawa rezeki, hadits tentang tetangga, cara memuliakan tamu, akibat tidak memuliakan tetamu, hadits arbain ke 15, hadits tentang menahan kemarahan.

Baca:

Tinggalkan komentar